Home / Nasional

Kamis, 26 November 2020 - 20:54 WIB

Vaksinasi : Hentikan Penularan, Pulihkan Kesehatan, dan Bangkitkan Ekonomi

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) bersama Icha Atmadi, S.T. (Penyintas COVID-19)  dalam dialog produktif bertema memaksimalkan pengelolaan kesehatan lewat vaksinasi di Jakarta, Kamis, 26 November 2020.

Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) bersama Icha Atmadi, S.T. (Penyintas COVID-19) dalam dialog produktif bertema memaksimalkan pengelolaan kesehatan lewat vaksinasi di Jakarta, Kamis, 26 November 2020.

LINTASCELEBES.COM JAKARTA — Pemerintah secara serius berupaya memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap dampak pandemi COVID-19. Perlindungan terhadap Kesehatan masyarakat menjadi prioritas, pemerintah terus melakukan upaya Testing, Tracing, dan Treatment, serta edukasi 3M guna menekan penularan COVID-19.

Pemerintah juga menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi pasien COVID-19, yang berdasarkan hasil survei menunjukkan rata-rata dikeluarkan biaya perawatan Rp184 juta per orang. Selain biaya yang besar masyarakat yang terdampak COVID-19 tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan pendapatan mereka. Belum lagi kerugian apabila ada warga negara yang meninggal di usia produktif, beban biaya keluarga yang ditinggalkan pasien.

“Apabila kita bisa disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman), dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), kita dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi, kita bisa menghemat sampai Rp500 Triliun, dan menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia,” terang Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, pada acara Dialog Produktif bertema “Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi” yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (26/11).

Saat ini, kata dia, pemerintah memang menanggung biaya rumah sakit melalui anggaran Kementerian Kesehatan. Kalau  dirawat lebih dari 30 hari apalagi harus masuk ICU yang biayanya bisa Rp15 juta per hari, pengeluarannya bisa lebih dari seratus juta. Tapi masyarakat perlu pahami, meski ditanggung negara maka jangan merasa nyaman dan tidak peduli menjalankan protokol Kesehatan.

“Ingat pada saat dirawat kita menjadi tidak produktif, itu sudah kehilangan banyak pendapatan per harinya. Belum lagi setiap hari pasien merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya, ini yang tidak bisa dihitung oleh uang”, tambah Prof. Hasbullah.

Baca juga:  PJ. Gubernur Sulsel Lantik Pj Bupati Enrekang dan Pj Wali Kota Parepare, Minta Segera Bergerak dan Bekerja

Cara terbaik agar masyarakat dan negara tidak merugi lebih besar lagi adalah dengan mencegah, jangan sampai terkena COVID-19. Oleh karena itu Prof. Hasbullah menyarankan untuk disiplin menjalani protokol kesehatan 3M. “Kalau nanti sudah ada vaksin, kita tambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum keluar nilainya, tapi misalnya harganya nanti katakanlah Rp200.000, investasi ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi dan memerlukan pengobatan,” terangnya lebih lanjut.

Dikatakan, biayanya sangat berat kalau terkena COVID-19, apalagi nanti tidak mau divaksinasi. Hidup bisa tidak
nyaman karena risiko mengeluarkan Rp200-300 juta apabila terinfeksi. Vaksin terbukti mampu memberikan ketenangan, pada contohnya kasus penyakit TBC, karena hampir semua orang sudah divaksinasi BCG, jadi  bisa tenang menjalani kehidupan”, terang Prof. Hasbullah.

Dari perspektif agama, Prof. Hasbullah menilai, mencegah penularan sama derajatnya dengan melakukan ibadah. “Menjaga diri dan orang lain di sekitar kita agar tidak tertular COVID-19 adalah ibadah. Saking besarnya ibadah itu sampai naik haji dan sholat jumat berjamaah pun boleh ditinggalkan untuk menghindari penularan lewat kerumunan. Masyarakat harus berpifikir positif, selektif, dan cerdas dalam menerima informasi, ambil informasi dari sumber resmi dan terpercaya seperti penjelasan pemerintah,” imbuh Prof. Hasbullah.

Cerita Icha Atmadi juga memperkuat penjelasan Prof. Hasbullah. Dikatakan, Protokol kesehatan dalam keluarga
lebih diperketat setelah sembuh dari COVID-19. Pengalaman yang dialami pun dibagikan kepada teman-teman, agar mereka tidak mengalami apa yang dirasakan.

“Semua pasien COVID-19 baik yang gejalanya ringan, sedang, maupun berat, mengalami titik terendah sehingga
membuat kita lebih introspeksi. Ayah saya sampai mendapatkan beberapa suntikan infus, belum lagi ditambahkan alat bantu pernafasan, serta alat pendukung dan tindakan medis lainnya. Jadi benar-benar mencemaskan waktu itu”, terangnya.

Baca juga:  Kolaborasi Pemerintah dan Swasta dalam Pemberian Vaksinasi di Yogyakarta

Apabila biaya perawatan Icha Atmadi dihitung dan ditanggung secara mandiri, bisa mencapai ratusan juta rupiah selama 45 hari menjalankan perawatan. Hanya saja biaya perawatan Icha dan keluarga serta pasien COVID-19 lainnya saat ini ditanggung negara.(Rilis-Tim Komunikasi KPCPEN)

Share :

Baca Juga

Nasional

Terima Kunjungan Anggota KPU, Bawalu Wajo Harapkan Tingkatkan Sinergitas Lembaga Penyelenggara Pemilu

Nasional

Indonesia Kedatangan Vaksin Sinopharm 1,184 Juta Dosis, Ada Semangat Kolaborasi dalam Vaksinasi Gotong Royong

Nasional

Ahli Virologi dan Molekuler Biologi: Vaksinasi Kurangi Risiko Gejala Berat hingga Kematian

Nasional

Lima Provinsi Tambahan Corona Tertinggi, Jatim Paling Banyak

Nasional

Rabu Mendatang, LPTNU PBNU Gelar Rapat Kerja Nasional

Nasional

Dibuka Presiden Jokowi, Bupati Wajo Hadiri Langsung Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah Ke-48 di Solo

Nasional

Literasi Keuangan dan Digital Kunci Keamanan Bertransaksi Digital

Nasional

Dirjen PHU Kemenag Harap Pembimbing Haji Miliki Skill dan Keterampilan Sesuai Standar