Home / Nasional

Jumat, 6 November 2020 - 20:56 WIB

Inovasi Merupakan Instrumen dan Solusi Menjawab Tantangan Pandemi COVID-19

Dr Avanti Fontana, Dosen dan fasilitator strategi dan manajemen inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (kiri) dan Doddy Lukito, Chief (in hospital) Business Officer and Co-Founder Halodoc memberikan pemaparan dalam dialog produktif bertema Berinovasi dan Optimis Meningkatkan Usaha di Masa Pendemi di Jakarta, Jumat 6 November 2020.

Dr Avanti Fontana, Dosen dan fasilitator strategi dan manajemen inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (kiri) dan Doddy Lukito, Chief (in hospital) Business Officer and Co-Founder Halodoc memberikan pemaparan dalam dialog produktif bertema Berinovasi dan Optimis Meningkatkan Usaha di Masa Pendemi di Jakarta, Jumat 6 November 2020.

LINTASCELEBES.COM JAKARTA — Dalam benak masyarakat awam, inovasi seringkali dikaitkan dengan hal-hal sulit dan penuh risiko. Padahal, inovasi justru diperlukan dalam menghadapi situasi yang terus berubah akibat pandemi COVID-19 ini. Justru pada kondisi penuh ketidak pastian, inovator atau wirausahawan harus terpanggil untuk ikut serta dalam mengatasi perubahan situasi yang tidak hanya cepat namun juga kompleks. Inovasi inilah salah satu instrumen yang sangat diperlukan guna merespon perubahan tersebut.

Pasalnya, inovasi tidak hanya akan berdampak merubah kondisi lebih baik dari sebelumnya, tapi juga diharapkan mampu membawa perbedaan yang signifikan dalam nilai manfaat baik dari sisi ekonomi maupun sosial.

Dalam acara Dialog Produktif bertema “Berinovasi dan Optimis Meningkatkan Usaha di Masa Pandemi”, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Jumat (06/11), Dosen Fasilitator Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Dr Avanti Fontana, menjelaskan, produk-produk solutif yang dihasilkan wirausahawan bukanlah sesuatu yang dihasilkan tiba-tiba, tapi dilakukan secara sistematis, dan memiliki tujuan untuk menyelesaikan masalah. Kalau bicara pandemi, tentu tujuannya bagaimana mengatasi pandemi dan tujuan yang lebih besar adalah menggapai kesejahteraan baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang.

DR. Avanti Fontana mengutarakan, hal-hal yang perlu direspon saat pandemi COVID-19 ini tentu adalah inovasi yang dapat membantu Indonesia keluar dari kondisi ketidakpastian. Untuk hal ini perlu sensitivitas yang tinggi dalam menemukan peluang yang tepat.

Dikatakan, Pemerintah turut berperan dalam menciptakan kondisi ekosistem yang kondusif agar inovasi tersebut berjalan dengan baik. “Untuk itu saya ada data dari Index Inovasi Global yang diterbitkan oleh INSEAD bekerjasama dengan WIPO. Pada tahun 2017-2020, tingkat inovasi Indonesia cukup stabil di angka 30/100. Di tahun 2020, skor Indonesia 26/100. Di sini menunjukkan bahwa betapa besarnya peluang inovasi bisa tumbuh di Indonesia. Itu butuh regulasi yang kondusif”, jelas DR. Avianti Fontana.

Baca juga:  Disperin Makassar Hadirkan Booth Kerajinan dan Makanan di F8 2024

Peluang di lapangan ini kata dia, perlu dilihat secara holistik. Inovasi biasanya tumbuh dalam kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Dengan begitu para inovator ini merasa perlu mengintervensi kondisi tersebut, untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Kegagalan justru terjadi bagi mereka yang tidak beradaptasi pada lingkungan.

Adapun perihal dampaknya, inovasi yang berhasil tidak hanya berdampak ekonomi namun juga berdampak sosial yang luas. Seperti halnya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah bentuk inovasi di bidang publik, untuk membangkitkan ekonomi nasional.

“Para inovator harus kritis dan peduli serta mau melakukan analisis kondisi. Terapkan empati kepedulian sosial dari hulu sampai hilir. Lalu turunkan dalam analisis kekuatan dan kelemahannya kemudian peluang dan tantangannya. Dari situ kemudian bisa digali apa masalah yang bisa disolusikan dan ditawarkan ke masyarakat. Negara juga memiliki peran dalam menjaga ekosistem ini tetap kondusif,” pungkas Dr Avianti.

Senada, Chief (In Hospital) Business Officer dan Co Founder HaloDoc Doddy Lukito mengungkapkan, saat menemukan solusi pertama kali, mungkin itu tidak langsung tepat guna. “Kita pantau terus hasilnya seperti apa, sambil kita terus beradaptasi untuk mencapai hasil yang kita harapkan. Dari situ kita terus berevolusi”, terangnya.

Dari data internal HaloDoc, saat pandemi COVID-19 (Maret-Mei) transaksi tele konsultasi dengan dokter melalui platform HaloDoc meningkat 6x lipat. Lalu terjadi juga peningkatan sebesar 300% terhadap transaksi pembelian obat melalui aplikasi. Kemudian jumlah pengguna aktif HaloDoc sempat mencapai 20 juta per bulan. Ini semua dikarenakan adanya layanan tes COVID-19, memfalisitasi tes COVID-19 secara drive thru.

“Memang, kita harus tahu apa sasaran atau pasar yang akan menerima solusi kita. Teknologi hanyalah salah satu faktor. Solusi tidak harus bersifat teknologi. Intinya bagaimana solusi tersebut dapat menjawab kebutuhan pengguna”, terang Doddy Lukito.(Rilis)

Baca juga:  Pukul Bola Voli, Menpora Dito Bareng Menhan Prabowo Subianto Resmikan Puncak Peringatan Haornas 2023

Share :

Baca Juga

Nasional

PERSI: Sinergi Rumah Sakit dan Pemerintah dalam Penanganan Lonjakan Kasus COVID-19 Menjadi Prioritas

Nasional

100 Hari Kerja Kapolri, 1.864 Kasus Diselesaikan Dengan Restorative Justice

Nasional

Bupati Wajo Silaturahmi dengan Dekan Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nasional

Menlu Retno : Selama Sepekan Dunia Masih Menghadapi Kenaikan Kasus Global

Nasional

Tahap ke-19, Indonesia Kedatangan 998 Ribu Dosis Vaksin

Nasional

Presiden Jokowi Dijadwalkan Luncurkan Digitalisasi Kampus NU

Nasional

Survei: 72,4% Responden Menyatakan Bersedia untuk Menerima Vaksin Covid 19

Nasional

Pesan dari Penyintas COVID-19: Patuhi Prokes, Masker Tidak Boleh Longgar