Home / Advertorial / Makassar

Senin, 8 April 2019 - 13:30 WIB

Bupati Wajo Jadi Pembicara Dibedah Buku Rumah Mengapung Suku Bugis

LINTASCELEBES.COM MAKASSAR —  Bupati Wajo  Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos., M.Si menjadi salah satu pembicara dalam acara peluncuran buku karya Dr. Naidah Naing, S.T., M.Si “Rumah mengapung Suku Bugis”  di Claro Hotel Minggu 7 April 2019.

Selain Bupati Wajo, pembicara yang didatangkan ke acara tersebut Dr.Eng. Ihsan, Dr. Adi Suryadi Culla, Tokoh Akademisi dan Guru Besar Kampus Sulawesi Selatan.

Dalam pembuatan bukunya yang mengabiskan waktu selama 10 tahun, Dr. Naidah Naing, S.T., M.Si mengungkapkan pengalamannya ketika mengunjungi Danau Tempe di Wajo, banyak daya tarik mulai dari cara masyarakat hidup dan bertahan. Bahkan banyak kejadian unik lainnya yang dirasakan.

Dosen Arsitektur UMI ini mengatakan bahwa rumah mengapung di Danau Tempe merupakan satu-satunya rumah mengapung dan berpindah pindah di dunia, dan tidak akan dimiliki oleh belahan dunia manapun. Pasalnya setiap menit tetangga berubah-ubah dan bergantian, dan itu hanya ada di Danau Tempe, dan Buku ini berisi 312 halaman yang diterbitkan di Nuansa Cendekia Bandung Jawa Barat.

Wajo adalah destinasi wisata kedua setelah Toraja, Rumah mengapung ini belum banyak yang tahu, ini adalah arsitektur nusantara yang menjadi kebanggaan masyarakat bugis. Dan pengembangan Rumah mengapung ini ini sangat direspon positif oleh Gubernur Sulawesi Selatan, dimana ini adalah program pemerintah dalam pengembangan rumah mengapung.

Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos., M.Si sangat mengapresiasi karya buku mengapung ini dan akan mengagendakan dengan memanfaatkan karya ini. Apa yang menjadi buah pikiran dalam buku ini sangat banyak yang bisa dipetik dalam peningkatan perekonomian masyarakat  dan akan menjadi potensi besar buat masyarakat Wajo.

“Kita akan pertahankan kearifan lokal kita, meski ada yang perlu kita rubah sedikit kemasannya akan tetapi tidak membawa ke hal hal yang merusak tatanan norma norma agama,” Ungkap Dr. H. Amran Mahmud.

Hal yang unik dari rumah mengapung di Danau Tempe adalah penggunaan rakit dari bambu yang disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang bambu dan tradisi masyarakat dalam membangun rumah.

Rakit tersebut menjadi struktur bagian bawah rumah dan berfungsi sebagai penopang agar rumah mengapung. Oleh karena rakit dibangun dengan material utama bambu, maka pemilik rumah harus menabung untuk melakukan penggantian secara berkala, paling tidak 2 hingga 3 tahun.

H. Amran Mahmud mengungkapkan kalau Karya ini akan digunakan sebaik mungkin dan Pemkab Wajo kedepannya akan membuat forum yang lebih komprehensif dan melibatkan generasi milenial agar tidak meninggalkan kearifan lokal yang banyak diminati masyarakat Wajo.(Advertorial)

Share :

Baca Juga

Advertorial

Dianggarkan Rp14,5 Miliar, Jembatan Soreang Lopie Segera Dibangun Tahun Ini

Advertorial

Finish di Urutan ke 13 di Porprov Sulsel 2022, Capaian Kontingen Wajo Lampaui Hasil Porda 2018

Advertorial

DPRD Wajo Menerima Ranperda APBD Perubahan untuk Dibahas

Advertorial

Resmikan Replika Monas, Bupati Wajo Harap Telaga Biru Tetap Jadi Destinasi Wisata Andalan

Advertorial

Bupati Wajo Beri Penghargaan ke Perangkat Daerah dan ASN Berkinerja Terbaik

Bone

Banjir di Sidrap, Jalur Lalulintas Tanrutedong Terputus

Advertorial

Terima Kunjungan Pejuang Disabilitas, Amran Mahmud: Pak Bibit Menginsipirasi Kita Tetap Semangat

Advertorial

Terkesan Dengan Pelaksanaan FDT, Pemrov Sulsel Bakal Usulkan Jadi Event Kharisma Pariwisata Nusantara