LINTASCELEBES.COM WAJO — Sejak meninggalnya 56 tahun yang lalu pada tahun 1963 , mungkin ini adalah momen yang sangat penting bagi keturunan Manyoro Haji Paleppang karena ada momen mempertemukan wija eppona dalam acara kegiatan Family Gathering Paleppang (FGP) yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan pertemuan sebesar ini, dimana anak cucunya dari seluruh Indonesia sekitar 500 keluarga, mulai dari anak kandungnya sendiri yang masih hidup sampai generasi kelima (Cucu dari Cicitnya), akan hadir bersama di perumahan adat Attakkae Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan, pada kegiatan Family Gathering Paeppang ini di agendakan kegiatan perkenalan rumpun keluarga, Fun Games, terdapat berbagai Door Prize yang hadiah utamanya berupa satu buah kendaran Roda Dua, disamping itu akan melaksanakan Tudang Sipulung pertama yang akan memilih ketua dan pengurus KKMP untuk periode tahun 2019 /202, organisasni Kerukunan Keluarga Manyoro Paleppang (KKMP) sendiri terbentuk pada tanggal 19 Mei 2019 M / 14 Ramadhan 1440 H yang akan berpusat di Kota Makassar.
Setelah acara selesei dari Atakkae, Keluarga akan melanjutkan kegiatan di tanah kelahiran beliau di Ujung yakni melaksanakan ziarah kubur di Ujunge dan kunjungan di Masjid yang dirintis oleh beliau.
Selain Family Gathering Paleppang , Kerukunan Keluarga Manyoro Paleppang (KKMP) akan melaksanakan Bedah Rumah Generasi pertama yang akan dilaksanakan di Kelurahan Siwa Kabupaten Pitumpanua, adapun seluruh biayanya akan menjadi swadaya keluarga Paleppang.
Manyoro Paleppang Lahir pada tahun 1856 di desa Ujunge kecamatan Tanasitolo Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi selatan anak seorang Kapitang , yakni Kapitang walinga, meninggal tanggal 11 juni 1963 di pekuburan Islam Panaikang Makassar ( Paling tua di makassar saat itu, versi koran terbitan ekspres Makassar), dengan Umur 107 Tahun.
Ketika Wafatnya beliau mempunyai 45 putera puteri, 127 cucu, dan 38 Cicit, dan sampai saat ini generasi beliau sudah sampai generasi lima, sudah mencapai ribuan orang, yang tersebar di seluruh Indonesia.
Anak Kandungnya sebagai generasi pertama masih ada sembilan yang hidup dan alhmadulillah masih sehat, yang tertua umur 92 tahun berdomisili di Pare dan yang paling muda berdomisili di Makassar.
Semasa hidupnya dikenal dengan keberanian dan kepahlawan, beliau bergabung dengan pasukan jendrale Arung Matowa Wadjo ke 44 Andi oddang Pero, dan merupakan perwira pilihan yang mendapatkan pangkat sebagai manyoro sekaligus menjadi besannya
Seorang yang taat beragama, yang dibuktikan naik haji pada 5 Agustus 1937 dan merintis pembnagunanan masjid mubarak di Ujunnge, yang tertua di ujunge tahun 1905, dan untuk mengenang beliau masyaratkat ujunge memberi penghormatan dengan salah satu jalan Wa’na mariona Disamping itu beliau saudagar yang handal, kiprahnya sampai ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura (masih daerah Malaysia) Pada tahun 1874 pernah mengunjungi Singapura, bahkan selama 20 tahun pulang pergi ke negara tersebut, mungkin alamarhum putera bugis Makassar yang mengunjungi Singapura waktu itu pulang pergi.
Beliau punya perniagaan sampai Singapura, Johor, dan mempunyai saudara disana sehingga keluarga paleppang banyak dijohor, dan dapat mewariskan ilmu perniagaan ke anak- anaknya.
Beliau dikenal dengan Haji Wa’na Mariona, sebutan ayah dari anak pertamanya yakni Mariona, dan terkadang dipanggil pung Aji Coa sama anak anaknya selain namanya.(*)